Dalam sejarah Indonesia, dua kerajaan pernah berlokasi di wilayah Delta Sungai Brantas, Jawa Timur : Jenggala/Kahuripan (1041-?1100) dan Majapahit (1293-1525). Disebutkan dalam sejarah, bahwa akhir (sandhyâkâla) kedua kerajaan ini berhubungan dengan kemelut politik. Tetapi, beberapa sumber menyatakan bahwa kemunduran dan punahnya dua kerajaan ini berhubungan dengan bencana alam (geologi). Babad Serat Pararaton, suatu kronik sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit, yang menurut Slamet Muljana (1968) ditulis pada 1613 M dan diteliti serta diterjemahkan dari bahasa Kawi ke dalam bahasa Belanda oleh Brandes (1896) dan Krom (1920) memuat sebuah baris yang menyatakan bahwa kemunduran Kerajaan Majapahit adalah akibat sebuah bencana bernama “Pagunung Anyar” yang terjadi pada tahun Çaka 1296 (1374 M). “Gunung Anyar” adalah juga nama sebuah gununglumpur berstatus dormant di dekat kota Surabaya. Gununglumpur ini membentuk kelurusan baratdaya-timurlaut dengan gununglumpur-gununglumpur lain di wilayah Sidoarjo-Madura : LUSI (lumpur Sidoarjo)-Kalang Anyar-Gunung Anyar-Bangkalan. LUSI adalah sebutan untuk sebuah gununglumpur yang bererupsi sejak Mei 2006 di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Delta Brantas. Berdasarkan prinsip geologi ”the present is the key to the past”, diyakini bahwa bencana serupa LUSI juga pernah terjadi pada masa-masa lalu di wilayah Delta Brantas, termasuk pada masa Jenggala dan Majapahit, seperti tercatat dalam babad Serat Pararaton.
Sunday, 3 February 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment